TINJAUAN AGROFORESTRI DAN PENDEKATAN KARAKTER BUDAYA LOKAL DALAM PEMULIHAN LAHAN KRITIS DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA



DOI: https://doi.org/10.25077/js.14.1.28-37.2017

Desi Widia Kusuma *  (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Barat JL. Jenderal Sudirman No.51 Padang Sumatera Barat)

(*) Corresponding Author

Abstract


Limapuluh Kota Regency has the largest critical land in West Sumatra. Based on the Decree of the Director General of Management of Watershed and Forestry, Ministry of Forestry Number: SK.4 / V-DAS / 2015 on National Forest Critical Map and Data of 2013, there is a critical land area of 94,593.7 ha and very critical land area of 32,488 ha In Limapuluh Kota Regency. This number will continue to grow if no appropriate recovery is done. With hilly dominated topography and large slopes of 40%, the Agroforestry Program is well suited to be developed to address critical lands in Limapuluh Kota Regency. The effort to restore critical land in Limapuluh Kota Regency must be integrated in between technology and character of local culture. This study aims to obtain information on the recovery of critical land with agroforestry systems and the characteristics of the Minangkabau Community. The method used is qualitative descriptive with interview technique and document tracking. The results of the study indicate that the cultural character of the Minangkabau Community should be a concern / consideration in the development of the Agroforestry Program as the basis for the involvement of community participation in Limapuluh Kota Regency in order to succeed. Some of the characters adopted by the Minangkabau community in decision-making are: authority, deliberation/consensus, leadership, critical attitude toward change, egalitarian and democracy and ulayat lands. The character can be considered in applying agroforestry program in Limapuluh Kota Regency.

Keywords: critical land, agroforestry, character of local culture, Minangkabau Society

Copyright (c) 2017 Jurnal Solum


Full Text:

PDF

References


Bujang Rusdman 2017. Program Agroforestri di Kabupaten Limapuluh Kota. Disampaikan dalam acara Rapat di Balitbang Provinsi Sumatera Barat,19 April 2017 dengan tema Perubahan Fungsi Lahan di Kabupaten Limapuluh Kota

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sumatera. 2016. Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Kampar.

Siti Nurbaya Abu Bakar, Kongres Sungai Indonesia (KSI) II 2016 di Bendungan Selorejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 23 September 2016

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Limapuluh Kota. 2015. Status Lingkungan Hidup Daerah Limapuluh Kota.

Aris Tri Cahyo Purnomo. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Gajah Mada.

Nurul Ikhsan, ST. 2015. Perspektif Pengelolaan Lahan Kritis Berkelanjutan. Bappeda Kepulauan Bangka Belitung.

Helen Tiorita. 2012. Rehabilitasi Lahan Kritis dengan Sistem Agroforestry. Diakses tanggal 19 Agustus 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Limapuluh Kota. 2015. Kabupaten Limapuluh Kota dalam Angka.

Hasanuddin. 2013. Adat dan Syarak, Sumber Inspirasi dan Rujukan Nilai Dialektika Minangkabau. Pusat Studi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau, Universitas Andalas, Padang.

Alfon Kurnia Palma. Lembaga. 2005. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan SDA (Kekayaan Nagari Menatap Masa Depan), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang.

Gerson ND. Njurumana dkk.2008. Potensi Pengembangan Mamar Sebagai Model Hutan Rakyat dalam di Rehabilitasi Hutan di Timor Barat. Balai Penelitian Kehutanan Kupang.

Kurniatun Hariah, dkk. 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Center (ICRAF).

Saleh, Abdul Aziz. 1996. Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembangunan di Sumatera Barat. Jurnal Genta Andalas. Volume 3, Tahun I.


StatisticsArticle Metrics

This article has been read : 1359 times
PDF file viewed/downloaded : 32 times

Copyright (c) 2017 Jurnal Solum



ISSN: 2356-0835